Semilir angin yang menyapa lembut
tubuhku
Bersatu bersama desau daun yang tak
pernah membeku
Bersama sajak lirih yang tersurat
Mampu hilangkan seuntai pekat
Senja..
Aku rindu
Aku malu
Rindu mencinta kasih yang
menyempurnakanku
Namun aku malu, karena kasih tak ku
sadari dengan tegap
Hingga penat sempat tersirat
Senja..
Temani daku mengucap rindu
Mengucap kasih dan cinta
Agar aku dapat kenali setiap
kehendak-Nya
Bersama mahabbah yang menyatu
Subhanallah..subhanallah..
Aku rindu.. aku rindu
Sekedar cerita senja,
Akhwat yang berjilbab putih; panggil
saja ia Hasna. Ia menatap pemandangan indah di bukit pelangi senja itu, dengan
desah napas yang diiringi tasbih, tahmid dan takbir. Di jok mobil bus yang ia
tumpangi, dari kota menuju bukit pelangi. Sepulang menuntut ilmu di bumi
lantani. Ia tersenyum simpul berkesan manis. Ekspresi wajah yang terus
mengesankan bahagisa terus tersirat; ya, Ia akan segera sampai di kampung
halamannya.
Waktu
berjalan begitu cepat, hingga pelangi terlukis temani senja. Ia berdiri di
depan pintu gerbang sebuah rumah, membawa koper besar yang berisi baju-bajunya.
Raut wajah bahagia bertambah haru tersirat lewat wajah bulatnya. Tanpa ia
sadari pipinya mulai membasah ketika kedua orang tuanya hadir di depan pintu
rumah yang telah menunggu kedatangannya. Bulir-bulir air mata yang membasahi
pipi bersatu bersama rindu timbulkan kehangatan sebuah keluarga kecil yang dulu
membimbingnya. Keluarga kecil yang membuatnya menjadi seperti sekarang.
“Assalamu’alaikum..
ayah, ibu.”
Suasana bahagia bersama haru mulai
begitu terasa saat tubuh kedua orang yang berarti di dalam hidup, dengan kulit
yang mulai keriput, kening yang mulai berkerut, dan tubuh yang mulai melemah,
ia dekap dengan begitu erat.
“Wa’allaikumsallam..
anakku.. Allhamdulilah engkau kembali bersama kesuksesaan yang telah engkau
raih nak, gapai kesuksesan dunia akhiratmu nak, ayah dan ibu bangga padamu.”
Air matanya semakin bertambah, semakin
bersatu bersama rindu.
“Semua
ini ada karena engkau ada Ayah, Ibu. Karena engkau yang membimbingku, karena
engkau yang terus memberi semangat untuk aku menjadi seperti yang sekarang. Dan
aku lebih banggan karena memiliki Ayah dan Ibu seperti engkau pelangiku..”
Kedua orang tuanya yang mulai menua terus
memeluk erat enggan beranjak.
“Ku baca surat pada secarik kertas..
Disaat daku tak lagi berlari menemani
asamu
Disaat itu pula daku berusaha mengejar
impianmu melalui do’a-do’a dalam setiap sujudku
Disaat daku tak lagi menggendong tubuhmu
yang mulai tumbuh
Daku pinta tuk engkau menggendongku saat
aku kesulitan berjalan
Disaat daku tak lagi mengingat hal-hal
yang selalu kita lalui dulu
Ingatkan aku tentang itu
Agar rindu selalu terjaga bersama syahdu
yang kau ucap
Disaat daku menjawab semua tanyamu mengenai
sesuatu
Tak pernah ku bosan menjawabnya
Ku harap, di saat daku bertanya tentang
sesuatu
Jangan enggan, pun bosan untuk
menjawabnya
Disaat daku tua, hanya kebahagiaan yang
kau beri
Yang dapat membuat ku tetap tersenyum
Disaat daku tua dan melihat kesuksesan
dalam hidupmu, nak
Daku bangga, karena engkau telah
buktikan semangat juangmu tuk wujudkan mimpiku.”
“Masya
Allah.. betapa malunya saat aku tak bersabar menjawab tanya yang ia ajukan,
atau bahkan hal lain yang ia inginkan belum sempat ku wujudkan. Ayah, Ibu..
begitu mulianya engkau hingga tak pernah ada amarah dalam jiwamu untukku.
Betapa sabarnya engkau saat membimbingku menjadi seperti ini. Aku bangga.. aku
bangga pada kalian ayah, ibu..” ucapnya tersendat-sendat bersama tangis.
Ayah, Ibu..
Ketika rindu tak bisa bertemu
Karena jarak yang tak bersatu
Namun rindu tetap bertemu lewat
do’a-do’a dalam sujudku..
Dan jarak bukan penghalang untuk kita
tetap bersatu
Hanya saja aku sedang berusaha
mewujudkan impianmu
Impian yang pernah kita rajut dulu, dan sekarang
aku sedang menuainya ditemani pelangi senja
Ayah, Ibu..
Meski jari-jemari menari mengayun rindu
Pun derap kaki yang terus berirama..
Tetap saja, tenang adalah saat bersama
engkau
Ya Rabbana, beri aku kemampuan tuk
wujudkan mimpi
Disaat kedua orang tuaku mulai menua,
beri aku kemampuan tuk bahagiakan mereka
Bersama mimpi-mimpi yang kuwujudkan.
Tersurat sebuah surat
bersama mimpi-mimpi sang pemimpi..
***
Cinta yang sejati
itu milik Illahi
Cinta yang mulia
itu dari orang tua..